– Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pihaknya akan melakukan restrukturisasi total atas sejumlah BUMN Karya. Hal ini menanggapi liabilitas atau utang sejumlah BUMN Karya yang menggunung.
“Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tidak mungkin yang namanya proyek infrastruktur jangka panjang, didanai dengan jangka pendek. Nah, karena itu kita restrukturisasi total. Selain ada suntikan APBN, PMN (Penyertaan Modal Negara), tetapi juga kita bekerja sama dengan INA (Indonesia Investment Authority),” ujarnya di Gedung Trans TV, Senin (10/3/2023).
Tahap kedua, kata Erick, pihaknya juga sedang mengkaji ulang aset-aset BUMN Karya. Ia berencana untuk melakukan konsolidasi BUMN Karya yang sesuai dengan keahliannya dan sudah membahas rencana ini dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)Basuki Hadimuljono.
“Nah kita sekarang tentu sudah kerja sama untuk mereview BUMN mana, fokus di mana. Apakah terjadi sinergisitas? Merger kita lakukan itu. Selain tentu tadi yang kita sampaikan ada restrukturisasi, pendanaannya jangka panjang, suntikan modal, perbaikan business model sehingga kali ini BUMN ini akan makin sehat yang karya-karya,” katanya.
Saat ini pihak Kementerian BUMN masih membahas dengan Kementerian PUPR soal rencana konsolidasi ini. Saat ditanya apakah merger akan terwujud tahun ini, Erick mengatakan pihaknya terus mendorong agar dapat terkejar tahun ini.
Erick mengatakan saat ini tugas terberat BUMN adalah menggabungkan Peraturan Menteri BUMN yang ditargetkan bulan April ini rampung, soal dana pensiun bermasalah yang ia sebut ‘paling berat’ bagi pihaknya.
Diketahui, lima emiten BUMN Karya mencatatkan total liabilitas atau utang sampai ratusan triliun. Hal ini ditengarai untuk modal kerja yang disebabkan oleh kebutuhan modal proyek-proyek baru.
Terbaru, Waskita Karya (WSKT), mengumumkan kenaikan rugi bersih sepanjang tahun 2022. Capaian ini terjadi meski secara top line perusahaan malah mencatatkan perbaikan kinerja.
Rugi bersih Waskita melonjak 73% menjadi Rp 1,90 triliun pada 2022, dari semula Rp 1,10 triliun setahun sebelumnya.